Total Tayangan Halaman

Rabu, 07 Oktober 2015

BELAJAR PENGOBATAN DARI AWAL (V)



Ada kawan yang bertanya , kenapa kita pakai istilah yin dan yang, yang berasal dari negri yang bukan Islam?. Jawabnya adalah bahwa untuk saat ini cara atau metode yang mudah untuk mempelajari dan memahami petunjuk Allah yang sifatnya alamiah adalah dengan pola yin dan yang. Harus diakui bahwa dari berbagai catatan sejarah dapat diketahui ilmu pengobatan China ini telah ada sejak 5000 tahunan yang lalu. Baru kemudian 3000 tahun lalu membuat rangkuman secara tertulis dari hasil pengalaman  pengobatan yang dilakukan oleh para pengobat. Dari penggalian benda sejarah di Changsha  ditemukan dua buku yang mencatat pengobatan moksibusi dengan teori meridian. Salah satu buku pegangan adalah Huangdi Neijing yang diterbitkan sekitar abad ke -5 atau abad ke-3 sebelum masehi (zaman Chunqiu Zanguo). Setelah terbit buku Huangdi Neijing, kemudian menyusul banyak sekali buku – buku pengobatan disetiap generasi, Kemudian hasil pengalaman – pengalaman terbaru mereka selalu di dokumentasikan dalam bentuk tulisan dan buku, sehingga generasi berikutnya punya bahan dan catatan –catatan yang dijadikan bahan penelitian dan pengembangan sehingga sampai lah ilmu tersebut di tengah-tengah kita.

Bagaimana dengan metode Islam dalam menjelaskan hukum-hukum Allah di alam? Pola keseimbangan di alam dan tubuh manusia yang dijadikan dasar-dasar diagnosa dalam pengobatan? Apakah tidak ada kitab-kitab Ulama kita yang menjelaskan secara runtut dan sistematis seperti yang dilakukan para pengobat dari tirai bambu tersebut? Jawabnya tentu saja ada, Pada tahun 994 Hijriah, telah beredar kitab Al Kamil fi al-Shianaa yang ditulis Ali Ibn Al Abbas al Mijisi. Kitab ini konon merupakan kitab yang paling banyak dirujuk sebelum terbitnya kitab pengobatan lain yang lebih populer, yaitu Al-Qanun karya Ibnu Sina. Al-Qanun inilah yang kemudian banyak dibincangkan dan mewarnai kajian medis modern. Nama pengarangnya pun diabadikan dalam literatur Barat sebagai Avi Cenna (terlepas dari pendapat yang mengkafirkan Ibnu Sina ya) . Kemudian berikutnya muncullah Al-Thibb al-Nabawi, Kitab ini ditulis oleh Ibn Qayyim Al-Jawziyah yang hidup di Damaskus antara tahun 1292-1350 Masehi. Yang sampai kepada kita dalam bentuk terjemahannya adalah kitab Al-Thibb al-Nabawi nya Al-Imam Ibnulqoyyim Al-Jawziyah dan AlQonun nya Ibnu Sina (dalam bahasa Malaysia) saja.

Namun pertanyaannya adalah apakah si penterjemah faham tentang bahasa-bahasa pengobatan seperti yang di maqsud oleh penulisnya. Karena bahasa pengobatan dan istilah-istilah yang di kehendaki penulisnya sungguh berbeda jika diterjemahkan hanya dengan mengadalkan kamus saja. Ditambah lagi pertanyaan berikutnya adalah siapakah saat ini guru yang refrsentatif, guru yang menguasai kitab-kitab pengobatan tersebut?, Ingat ilmu pengobatan ini tidak bisa dipelajari hanya dari buku-buku tanpa ada guru yang membimbing. Karena urusannya adalah nyawa manusia, salah-salah mengobati atau meresepkan obat maka nyawa manusia jadi taruhannya. Sedangkan syari’at ini di turunkan Allah Jalla Jalaluh diantara tujuanya adalah untuk memelihara nyawa manusia. Kita kenal istilah populernya adalah “orang yang belajar tanpa guru maka syaitan lah yang jadi gurunya”.Pertanyaan berikutnya adalah apakah istilah Thibbun nabawiy itu telah ada di zaman Nabi Muhammad Shollalhu ‘alayhi wa Sallam? Ternyata belum ada istilah itu di zaman Nabi dan di Zaman khulafaurrosyidin. Kalau begitu apakah wajib hukumnya berobat dengan pola Thibbun nabawiy?

Definisi thibbun nabawi adalah (metode) pengobatan Rasulullah S.A.Wyang dia ucapkan, dia tetapkan (akui), dia amalkan, merupakan pengobatan yang pasti (bukan sangkaan), bisa mengobati penyakit jasad, ruh dan indera. Ini adalah satu diantara tiga definisi yang ada di Wikipedia. Suatu keyakinan buat kita adalah sesuatu yang shohih yang datang dari Rasulullah  S.A.W adalah kebenaran yang haqiqi, baik masalah aqidah , hokum-hukum maupun pengobatan. Khusus dalam hal pengobatan ada tatacara yang mesti dipahami sebelum tindakan terapi , sebelum pengobatannya dilakukan yaitu diagnosa dan peta penyakitnya. Ingat di dalam kitab Thibbun Nabawiy nya Al-Imam Ibnulqoyyim menyebutkan bab tentang mall praktek dan konpetensi thobib.

Nah…..untuk menjelaskan pola diagnosa dan peta perjalanan penyakit ini kita dapati yang lebih tertata catatannya, terdokumentasi dari masa ke masa dan banyak guru yang mengajarkannya adalah terdapat pada traditional pengobatan China, dengan pola yin dan yang nya serta pola pergerakan 5 unsurnya yang dikenal dengan wuxing. Karena itulah pada pembelajaran kita berikutnya banyak menggunakan pola ini. Kita belajar ke china tapi berobat ke prinsip –prinsip Thibbun Nabawiy yang inti nya adalah pengobatan yang tidak berbahan haram dan tidak mengandung kemusyrikan.
Kita pelajari dari mereka adalah metode atau cara melihat ketidak seimbangan, belajar dari mereka qoidah-qoidah keseimbangan di alam dan dalam tubuh manusia sekaligus kita ingin tahu bagaimana ilmu mereka menyeimbangkan ketidak seimbangan tersebut. Kita bersyukur kepada Allah yang telah memberikan ilmu-ilmu keseimbangan ini kepada kita walaupun bukan didapat dari ulama kita. Tentu saja kemudian kita berterima kasih kepada ilmuwan , para shinse dan para ahli Traditional Chinese Medicine, dan guru-guru kita yang telah mengajarkan ilmu tersebut. (bersambung)