Total Tayangan Halaman

Senin, 29 Desember 2014

Bagaimana Menjaga Api Cinta Dalam Pernikahan

(Berdasarkan Penelitian Ilmiah)
by Ahmad Faiz Zainuddin
How To Make Those Flame A Live (Based On Scientific Findings)
Note: Catatan ini adalah hasil terjemahan bebas atas video yang saya
lihat di "raisinghappiness.com" oleh Christine Carter, Ph.D. Profesor
Sociology dari University of California, Berkley. Semoga bermanfaat.
Beberapa orang merasa bingung mengapa gairah cinta pada pasangannya
tidak sepanas dulu ketika pengantin baru. Beberapa kawan menerima
begitu saja kenyataan yang umum terjadi ini. bahkan salh seorang
peserta saya menyatakan bahwa memang cinta itu ada masa kadaluarsanya,
"love has an expired date", kata beliau. Ketika istrinya protes
mengapa sang suami tidak semesra dulu lagi, suaminya benjawab, ya itu
kan normal.. aku memang tidak mencintaimu seperti dulu lagi, tapi
paling tidak aku masih punya "good will" padamu, begitu sang suami
berkilah. (bahkan dia memplesetkan "good WILL dengan good WIL".
Tapi hasil riset membuktikan bahwa kenyataan yg umum terjadi pada
kebanyakan suami istri itu tidak perlu terjadi pada kita. Karena "Api
Cinta" itu ternyata bisa kita pertahankan tetap "Hot" selama puluhan
tahun.
Penelitian membuktikan bahwa hasil scan aktivitas otak pada pasangan yg
sedang "crazily fall in love" dengan pasangan yg sudah menikah 20
tahun tapi mengaku masih memiliki gairah cinta pada pasangannya
menunjukkan "hasil yang mirip sekali". Artinya, secara objective dua
kelompok orang ini memang merasakan sensasi "gairah cinta" yg hampir
sama
Kabar yg lebih baik lagi, satu2nya perbedaan kondisi otak 2 kelompok
diatas adalah: Pada otak orang yg telah menikah 20 tahun lebih ini
tidak ada tanda2 "kecemasan dan obsesif" seperti yg terjadi pada orang
yg baru jatuh cinta. jadi Ia mendapatkan sensasi positif "jatuh cinta"
tanpa sensasi emosi negatif "cemas & takut kehilangan". Maka bagaimana
caranya agar tetap jatuh cinta pada pasangan walaupun telah 20 tahun
lebih menikah? Berikut Tips dari Prof. Christine Carter peneliti dari
UC Berkley (mudah2an saya bisa menemui beliau langsung saat study trip
ke USA/Canada bulan April ini)

1. Terus Kembangkan "Love Map (Peta Cinta)" tentang pasangan anda.
Maksudnya, kenali pasangan anda dengan lebih dalam. Teruslah belajar
tentang pasangan anda. Tentang ini saya punya rumus, "pahami 5 hal"
a. masa lalu pasangan anda (life story) dia;
b. saat ini dia (mood, perasaan, yg sedang dia pikirkan saat ini);
c. masa depan dia (cita2, harapan & keinginan dia);
d. kesukaan dia (apa yg dia sukai, hobinya, tokoh favorit, masakan
kesukaan, etc);
e. ketidaksukaan dia (apa hal2 yg dia benci, apa yg membuatnya
langsung terpancing kesedihannya/kemarahannya, etc).
Dr. John Gottman bahkan membuat aplikasi iPhone untuk membantu kita
memperbaiki "love map" kita. Biasanya saat baru pertama jatuh cinta,
kita semangat sekali untuk tahu lebih banyak tentang orang yg kita
cintai, tapi anehnya, begitu sudah menikah, kita berhenti "ingin tahu
lebih banyak", kita tidak tertarik lagi untuk belajar lebih banyak
tentang dia. Makanya cintanya makin lama makin luntur  . jadi mulai
saat ini mohon di-update pemahaman anda tentang pasangan, berikan
"more cognitive room" in your brain regarding your spouse, begitu yg
dikatakan Christine Carter. Karena orang terus berubah, apa yg dia
suka dulu belum tentu masih dia sukai sekarang. Semakin lengkap,
updated dan akurat love map kita makin lama gairah cintanya bertahan,
begitu kira2 hasil risetnya.

2. Hal kedua untuk menjaga gairah cinta adalah: Nurture fondness and
admiration (menjaga rasa cinta dan rasa kagum) pada pasangan. Ini
adalah obat mujarab untuk menepis kebiasaan melecehkan atau
menunjukkan rasa tidak hormat pada pasangan (yg merupakan tanda ke-2
dari kiamat pernikahan menurut penelitian Dr. John Gottman, silahkan
baca notes saya sebelumnya tentang 4 tanda menjelang kiamat
pernikhan). lalu bagaimanakah caranya memelihara dan menunjukkan rasa
cinta dan rasa kagum pada pasangan?
Katakan padanya (jangan cuma dibatin dalam hati), katakan padanya
mengapa anda mencintai dia, mengapa anda mengagumi dia? mengapa anda
dulu memutuskan menikahi dia?
Buat daftar100 hal yg layak anda kagumi dari pasangan (ini resep Dr.
John Gottman saat memberikan training "The Art & Science of Love")
lalu saat berdua dengannya katakan ini padanya (tidak perlu langsung
100 hal itu disebutkan semua, cukup satu atau dua kekuatan/sifat
baik/perilaku positif yg anda kagumi dari dia, dan berikan contoh yg
spesifik, kapan dan dimana dia melakukan/menunjukka sifat positif itu)
Cari kesempatan untuk memergoki pasangan anda ketika dia menunjukkan
sifat baiknya, cari kegiatan dimana pasangan anda bisa mempraktikkan
kekuatannya. Jadi misalnya anda kagum karena suami punya sifat
supportif, suka membantu orang lain, maka mintalah bantuan dan support
dia, ijinkan dia menunjukkan kebaikan hatinya pada anda.

3. Turning toward, rather than turning away, Saling mendukung dan
saling memberikan perhatian yg tulus. Ini adalah obat untuk penyakit
stonewalling (tidak peduli pada pasangan). Kita bisa mempraktikkan ini
dengan cara misalnya:
Bertanya untuk menunjukkan perhatian kita padanya, anda mendengarkan
untuk menunjukkan rasa empati pada pasangan.
Menunjukkan solidaritas atau dukungan saat pasangan kita sedang down
atau sedih, biarkan dia merasa bahwa anda bersamanya disaat2 sulit.
Merayakan bersama keberhasilan pasangan, tertawa bersama, berbahagia bersama.
Simple affection: memeluk istri saat dia masak, mencium suami saat
bangun tidur, bergandengan tangan saat jalan2 di mall, mengecup kening
istri setelah sholat berjamaah, memegang tangan pasangan atau membelai
rambutnya saat nonton TV.
Saat konflik, pegang mesrah tangannya, berikan joke yg mencairkan
suasana, boleh marah atas perbuatannya, tapi tetap hormati, sayangi
orangnya.
Melibatkan pasangan dalam kegiatan2 ringan yg sebenarnya anda bisa
melakukannya sendiri: mencuci piring berdua, belanja ke pasar berdua,
menemani pasangan saat melakukan hobinya (walaupun sebenarnya anda
tidak menikmati hobinya itu, tapi anda menikmati kebersamaannya).

4. Invest in family Rituals (menyempatkan waktu untuk membangun
kebiasaan unik dalam keluarga). Riset membuktikan bahwa pasangan yg
menyempatkan waktu untuk membuat ritual keluarga (perayaan, tradisi,
rutinitas harian, dll) menunjukkan rasa puas dan intimacy yg lebih
baik dalam hubungan mereka. Bagaimana cara melakukannya? beberapa
contoh berikut semoga bisa memberikan inspirasi bagi kita untuk mulai
membangun kebiasaan unik dalam keluarga kita.
Kebiasaan tahunan: mempraktikkan cara unik keluarga anda untuk mudik
lebaran, acara ulang tahun, perayaan hari2 besar.
Acara bulanan: liburan keluarga, belanja bulanan rame2, pengajian keluarga.
Acara mingguan: puasa senin-kamis bersama, sholat jumat bersama yg
diakhiri dengan acara menyenangkan (jadi ingat ayah saya dulu yg
selalu ngajak anak2nya belanja rame2 setelah sholat jumat bersama),
dinner special tiap malam minggu, pergi berdua dengan masing2 anggota
keluarga, etc.
Acara harian: tadarus sekeluarga setiap habis maghrib, sholat subuh
berjamah diakhiri dengan olah raga bersama, rutinitas menjelang tidur.
Pokoknya bikin kebiasaan2 unik yg hanya ada di keluarga anda, ini akan
memberikan sense of identity pada anggota keluarga terutama pada anak2
kita, dan menguatkan & memperkaya hubungan serta meninggalkan
kenangan2 indah.
Kesimpulannya: kalau kita ingin api cinta dalam keluarga tetap menyala
selamanya, maka kita perlu berusaha dengan sungguh2, it takes alot of
effort, but its really worth it.
Jadi PR anda, lakukan dengan sadar "Cinta (pekerjaanya) ini" maka
"Cinta (perasaannya) akan terpelihara, bahkan makin lama makin "hot".
Mulai dari yang mudah dan sederhana dulu, dan lihat hasilnya.
Tulisan ini saya akhiri dengan 2 kutipan yg disampaikan Christine
Carter,"There is only one happiness in life, to love and be loved"
(George Sand)
"Once in a while, in the middle of ordinary life, love give us a fairy tale"
"Hanya ada satu cara untuk bahagia, yaitu dengan mencintai dan dicintai"
"Bahkan dalam aktivitas harian yang biasa saja, CINTA akan membuatnya
jadi kenangan indah"
Nb: Ahmad Faiz Zainuddin adalah Founder dan Master Trainer SEFT,
www.logos.co.id
Mau ikut one day training SEFT healing ? insya Allah bersama husni
hasibuan , Trainer SEFT for Healing Lisensi Ahmad Faiz Zainuddin
diadakan Ahad, 8 feb 2015 info : 0815-2032-5787

Jumat, 07 November 2014

Selasa, 04 November 2014

INDAHNYA BERBAIK SANGKA


Dari Humaid ath-Thawil, dari Abu Qilabah, diriwayatkan bahwa ia berkata: "Apabila ada kabar yang tidak mengenakkan dari saudaramu sesama muslim, carilah hal yang dapat memaafkannya sebisa kamu, kalau tak kau dapati alasan yang tepat, katakan kepada dirimu sendiri; "Mungkin saudaraku ini memiliki alasan YANG TIDAK AKU KETAHUI." [Shifatush Shafwah (I/754), Sudah Salafikah Akhlak Anda? Penerbit Pustaka At-Tibyan]

Kamis, 28 Agustus 2014

Pelatihan Bekam khusus Muslimah dan Berbagai Terapi Pendukungnya



Ikuti Pelatihan Bekam Murah bersama Instructur Resmi Asosiasi Bekam Indonesia. Pelatihan ini merupakan up date ilmu-ilmu Bekam dan Pendukung Terapi Bekam Lainnya. Pastikan Anda Peserta dalam Pelatihan ini, Karena pelatihan kali ini terdapat beberapa keistimewaan yaitu :
  1. Instructur akan membagikan ilmu-ilmu terbaru yang dia peroleh dari pelatihan-pelatihannya terbaru.
  2. Sebenarnya pelatihan ini lanjutan dari pelatihan sebelumnya yang pernah diadakan di Yayasan Amanah Ummah. Artinya ilmu yang diajarkan adalah ilmu - ilmu bekam update, namun bagi pemulapun bisa mencerna dan mampu praktek dengan baik.
  3. Pelatihannya super murah Rp, 400rb, 2 hari,  karena di adakan khusus buat para muslimah yang tergabung di Yayasan Amanah Ummah saja  namun masih terbuka bagi umum sekitar 3 orang lagi.
  4. Ilmu terapi pendukung yang merupakan terapi andalan instructur diajarkan dengan simple,mudah dan insya Allah besar mempaatnya buat menterapi gangguan-gangguan emosional.
  5. Insya Allah dengan mengikuti pelatihan ini anda akan mampu membekam suami dan orang-orang terdekat anda. Efek positifnya akan lebih sehat.
Kapan Pelatihannya diadakan dan dimana?
  • Sabtu - Ahad, 20 -21 September 2014
  • Jam : 8.30 s/d 17.30
  • Bertempat Training Room Yayasan Amanah Ummah , jalan RE-Martadinata Komp.Prefab RT.52 Gn.Sari Ilir Balikpapan Tengah
Siapa Instructurnya?
Husni Hasibuan, Beliau adalah Sertifikat Pengajar dan Penguji Asosiasi Bekam Indonesia , Asosiate Trainer SEFT For Healing Lisenced Ahmada Faiz Zainuddin, Praktisi Pengobatan Holistik dan Quantum Touch Practitioner
Diagnosa dan Praktek akan dipandu oleh Ummu Najwan, Ummu Tsabitah dan Bu Ani

Apa saja yang diperoleh Peserta?

Peserta akan mendapatkan:
  1. Handout, Panduan Pelatihan
  2. Coffee Break&makan siang
  3. Sertifikat
Apa saja yang dipersiapkan Peserta?
- Hati dan Pikiran yang  terbuka akan hal-hal baru, niatkan untuk mencari Ridho Allah, bermamfaat buat sesama dan niatkan untuk meningkatkan kwalitas diri
- Membawa Peralatan Bekam dan Peralatan Sholat


Cara Mendaftar : call or sms or WA/ Telegram ke No. 0815-2032-5787 atau bbm no. pin ; 74a79f43 Atau ke Ustadzah Husna 0853-3248-0542.

Rabu, 23 April 2014

Syarat Menjadi Thabib or Thobibah (Pengobat/Terapist)

Berkaitan syarat seseorang boleh memilih hidup menjadi seorang ahli terapisdan membuka praktek pengobatan menurut Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah yaitu:

1.  Pengobatharus mampu memelihara atau meningkatkan tingkat kesehatan yang tersisa   ----Menjaga kesehatan yang ada

JAngan sampai terjadi pasien yang datang kepada kita malah penyakitnyaberkembang semakin parah. Padahal sebelumnya dia datang kepada kita dalamkeadaan masih punya ‘sisa’ kesehatan. Atau bahkan yang tersisa itu malah lenyap.

2. Dia adalah profil seseorang yang bisamengembalikan kesehatan yang hilang -----Memulihkan kesehatan sebisa mungkin

Ketika tanda-tanda sisa kesehatannya saja sudah tidak muncul, maka peranseorang pengobat selanjutnya adalah dirinya harus mampu mengembalikan kesehatanpasien yang hilang. Jangan sampai seorang pengobat sekedar berpura-pura bisamengobati namun sebenarnya dirinya tidak memiki kompetensi yang cukup. Padaakhirnya, tidak ada perkembangan pada kesehatan pasien. Serahkan pada ahlinyakalau memang bukan kompetensinya.

3. Pengobat yang ahli harus mampumenghilangkan SEBAB sakitnya ------- Menghilangkanpenyakit sebisa mungkin

Penyakit benar-benar tuntas bisadiatasi. Bukan sekedar mengilangkan gejala-gejalanya saja padahal muarapenyakit yang utama terlupakan. Bisa jadi karena memang belum benar-benarmemiliki kecakapan mendiagnosis dan merangkai rumusan pathologi penyakitnyasecara cermat sehingga sumbernya malah tidak terobati.

4. Dia adalahseseorang yang mengerti prioritas penyembuhan----------- Atau meminimalkan penyakit sebisa mungkin

Dirinya bisa menganalisadan mengambil keputusan dalam prioritas penanganan. Mana yang darurat,mendesak, lebih penting terlebih dahulu diobati, mana yang bisa ditunda. Sebabjelas pengobatan banyak kasus lebih baik diobati satu persatu dari yang palingdarurat. Pengobat yang bodoh perkara prioritas jelas membahayakan pasien.
5.     Memilih pengobatan yang memiliki resiko yang paling rendah danmeninggalkan cara pengobatan yang berisiko tinggi
6.      Mengorbankan keuntungan yang sedikit demimemperoleh keuntungan yang besar



Pelatihan Holistik Bersama Sang Debu
Ikuti Pelatihan Holistik 5 Hari yang insya Allah membuat anda melompat lebih jauh menjadi terapist yang handal. Anda akan mengerti penyakit dan posisinya, sindromnya, tingkat keparahannya dan perjalanan penyakitnya.
Sehingga anda akan benar dalam merekomendasikan obat dan terapinya.
Imam Ibnul Qoyyim dalam ath-Thibbun Nabawi berkata: “ Dengan kejahilannya (tabib/pengobat/terapist),dia bisa membahayakan nyawa seseorang hanya karena terlalu nekad mengobati
pasien tanpa ilmu. Dengan demikian dia telah mengelabui pasien.”

Apa saja yang dipelajari selama 5 hari?
Materi yang dibahas merupakan materi ringkasan dari kitab pengobatan holistik I – II
tulisan Bapak Pudji. Sebagai informasi, kitab pengobatan holistik tersebut
biasanya diajarkan secara reguler oleh beliau dalam format belajar enam bulan.
Spesialnya, beliau sudah membuat kitab rangkuman khusus sebagai modul belajar
di Privat Kelas Pengobatan Holistik Lima Hari (kitab tidak dijual umum).

Lebih Spesifik kita akan belajar hal-hal berikut ini:
  • Membaca Fenomena Alam Untuk Dasar Pengobatan
  • Memahami Fungsi & Arah kerja Organ Tubuh Secara Holistik
  • Peran Meridian Dalam Pengobatan Herbal
  • Rahasia meramu Herbal yang Benar dan Koreksi Yang Salah
  • Praktikum Terapi Kasuistik (Optional)

Siapa Guru yang mengajarkannya selama 5 hari ?

Pematerinya adalah Sang Debu atau nama aslinya Bapak Sinshe Pudji Hartanto, Akp. Beliau adalah founder
sekaligus guru besar komunitas An Nahl, Kepala Bidang Pendidikan Asosiasi
Pengobat Tradisional Indonesia (ASPERTI), Penulis Buku Pengobatan Holistik
Jilid I – IV, Direktur Pendidikan Halalmart.

Beliau memiliki ratusan produk herbal yang beliau ramu serta digunakan secara privat
di komunitas An Nahl lebih dari 13 tahun serta yang dipasarkan secara nasional
oleh Halalmart Yogyakarta. Herbal disusun menyesuaikan jenis sindrom
penyakitnya, ditata sesuai dengan sifat dasar herbal itu bekerja, dengan
mengkombinasikan herbal khas asli indonesia, herbal cina, juga herbal yang
dikenal sebagai herbal thibbun nabawi.

Kapan Pelatihannya?
Pelatihan 5 hari diadakan Rabu sd Ahad, 21 sd 25 Mei 2014
Bertempat di Hotel Lira Aulia Jalan A.Yani Kr.bugis Balikpapan

Berapa Biaya Pelatihanya?
Biaya Pelatihannya Rp, 3.500.000,- (bagi peserta luar kota dibantu menginab di hotel tsb dengan menambahi Rp,500.000,-)

Fasilitas bagi anda yang mengikuti pelatihan Privat
Kelas Dasar Pengobatan Holistik Lima
Hari Rabu – Ahad, 21 – 25 Mei 2014, yaitu:

  1. Ilmu Pengobatan Holistik yang di Bimbing langsung oleh Bapak Pudji Hartanto,Akp
  2. Modul Belajar Mandiri Kitab Dasar Pengobatan Holistik ( Ringkasan Modul I – II) yang tidak dijual umum
  3. Tanya jawab hal hal yang sesuai materi selama pelatihan langsung kepada pemateri
  4. Konsultasi tahap lanjutan melalui aneka sarana komunikasi dengan Pemateri
  5. Makan dan Snack Selama Pelatihan
  6. Sertifikat Pelatihan
  7. Coffe Break
Testimoni beberapa alumni pelatihan Pak Puji (sang Debu)

“Dulu saya binggung, kenapa rambut rontok gak sembuh sembuah, padahal sudah perawatan,
sampo anti ketombe dsb, dulu saya juga binggung kenapa pasien sudah diterapi,
diberi herbal tapi keluhan tak juga kunjung berkurang, semua itu karena saya
tidak mengerti bagaimana membaca fenomena yang terjadi ditubuh saat tubuh
menderita suatu penyakit, hingga akhirnya bulan Desember lalu saya mengikuti
pelatihan Holistik di Yogya  bersama sang
guru Pak Pudji Hartanto, sungguh luar biasa, dengan mengembalikan hokum alam
dalam konsep pengobatan, beliau mengajarkan, memberi kunci kunci dasar
pengobatan dari akarnya, dan sangat mudah dipahami, sehingga kita mampu untuk
membaca fenomena yang terjadi pada tubuh saat tubuh menderita sakit, dengan
memahami fenomena yang terjadi kita dapat menegakkan diagnosa dengan tepat,
memberi tindakan terapi dan herbal dengan tepat. Alhamdulillah…..makin banyak
pasien yang bisa ditolong dan sembuh atas izin Allah SWT, kini saya makin
percaya diri dan siap untuk menolong banyak pasien, syukron wajazakallah khoir
pak Pudji…..(Bu Tamsri, Praktisi Thibbunnabawiy Balikpapan, Alumni Training
Buku 1-2 Pengobatan Holistik, Yogyakarta )



“Teknik pengobatan kuno
selalu relevan sepanjang zaman hingga akhir zaman, seperti bekam, alfasdu dan
kayy. Demikian juga dengan pengobatan herbal merupakan pengobatan yang sudah
dimulai ribuan tahun yang lalu dgn paradigma dan body knowledge sendiri diluar
medis.

Saya sebagai dokter sangat
merasakan manfaat dengan mempelajari herba dgn paradigma yg masih utuh / murni
sesuai keilmuan awal herba tersebut digunakan. Ilmu medis yang sekarang
berkembang akan membuktikan bahwa body knowledge tradisional medicine tidak
salah karena telah terbukti ribuan tahun lalu. Maka mari kita belajar herba
sesuai ilmu traditional medicine dan disinergikan dengan modern medicine“

Dr. Ali Ridho

Klinik Ar Ridho – Semarang

 “Alhamdulillah,saya sangat
bersyukur setelah ikut pelatihan pak pudji banyak sekali mendapat ilmu-ilmu
herbal holistik yang sangat gamblang di bahas secara mendalam. setelah d
terapkan ke pasien, sangat membantu proses penyembuhan, jadi lebih cepat karena
ketepatan cara diagnosa, herbal racikan beliau dengan terapi dapat di
sinergikan sehingga mendapat hasil maksimal.

Alhamdulillah dengan
izin Allah banyak pasien y sembuh berkat ilmu yang saya dapat dari pak pudji,
racikan-racikan obat herbal beliau, di antaranya HIV, Hepatitis, TBC, Stroke,
Diabetes dan penyakit-penyakit berat lainnya. terima kasih banyak pak pudji,
ilmu-ilmu bapak sangat di butuhkan n bermanfaat buat umat, jazakallahu khoiron
katsiran”

Ibu Novi Nur
Hadiyati

Bidan Yogyakarta

 “Luar biasa.. Berkali2 sy ikut pelatihan
pengobatan, selalu ada kebingungan dlm memahami struktur keilmuannya. Ketika sy
ikut pelatihannya Pak Puji, barulah sy mulai memahami kaidah pengobatan yg
sebenarnya.

Inilah yg sy cari
bertahun2. Seolah2
terbuka kunci2 keilmuan pengobatan. Dan hebatnya, kita jd bisa memahami kaidah
smua tehnik pengobatan seluruh dunia demi lebih menjamin ketepatan teknik
terapi yg kita lakukan. Inilah sebenar2nya yg disebut pengobatan holistik“.

M. Arief Aditama, SKG

KLINIK TOMS HEPI – HERBAL & TERAPI – Yogyakarta


Daftar Sekarang,


Cara mendaftar pelatihan sangat mudah sekali
SMS ke no HP 0815-20325787

salam
husni hasibuan

Senin, 21 April 2014

TENTANG JIN



Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah jin dapat
memberikan pengaruh kepada manusia, dan bagaimana cara melindungi diri
dari mereka?

Jawaban
Tidak diragukan bahwa jin dapat memberikan pengaruh kepada manusia
dengan gangguan yang adakalanya bisa mematikan, adakalanya mengganggu
dengan lemparan batu, dengan menakut-nakuti manusia, dan hal-hal lainnya
yang disahkan oleh sunnah dan ditunjukkan oleh kenyataan. Diriwayatkan
secara sah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan
seorang sahabatnya untuk pergi kepada keluarganya dalam suatu peperangan
–yang saya kira perang Khandaq-, Ia seorang pemuda yang baru saja
menikah. Ketika sampai di rumahnya, ternyata istrinya ada di depan
pintu. Ia mengingkari perbuatan istrinya itu, lalu berkata kepadanya,
“Masuklah!”. Ketika pemuda ini masuk, ternyata seekor ular melingkar di
atas tempat tidur.
Dengan tombak yang berada di tangannya, ia menikam
ular tersebut dengan tombak tersebut hingga mati. Dalam waktu bersamaan
–yakni pada saat ular itu mati- maka pria ini juga mati. Perawi tidak
tahu, mana yang lebih dulu mati ; ular atau orang itu. Ketika berita itu
sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau melarang
membunuh ular yang berada di rumah kecuali ular yang ganas dan berbisa.
Beliau bersabda.

“Sesungguhnya di Madinah terdapat para jin yang telah masuk Islam. Jika
kalian melihat sesuatu dari mereka, maka izinkanlah ia selama tiga hari.
Jika ia menampakkan diri kepadamu sesudah itu, maka bunuhlah. Sebab,
sesungguhnya ia adalah setan” [HR Muslim, no. 2226, kitab As-Salam]

Ini dalil yang menunjukkan bahwa jin itu adakalanya menzhalimi manusia
dan menggangggu mereka, sebagaimana fenomena membuktikan hal itu.
Berita-berita telah mutawatir dan sangat banyak menyebutkan bahwa
manusia adakalanya memasuki rumah-rumah kosong lalu dilempar dengan batu
padahal manusia tidak melihat seseorangpun di dalam rumah kosong itu.
Adakalanya ia mendengar suara-suara dan adakalanya mendengar desingan
lembut seperti suara pohon serta sejenisnya yang membuat ketakutan dan
terganggu karenanya.

Demikian pula adakalanya jin memasuki tubuh manusia, baik dengan
kecintaan, untuk bermaksud mengganggunya maupun sebab-sebab lainnya. Ini
diisyaratkan oleh firman-Nya.

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti beridinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit
gila” [Al-Baqarah : 275]


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah ada dalil bahwa
jin merasuki manusia?

Jawaban
Ya, ada dalilnya dari Al-Qur’an dan Sunnah bahwa jin merasuki manusia.
Dari Al-Qur’an ialah firman Allah.

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat bediri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan)
penyakit gila” [Al-Baqarah : 275]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Mereka tidak bangkit dari kubur
mereka pada hari Kiamat kecuali sebagaimana bangkitnya orang ketika
kemasukan setan”.

Sedangkan dari Sunnah ialah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

“Setan mengalir pada manusia lewat aliran darah” [HR Bukhari, no. 7171,
kitab Al-Ahkam, Muslim, no. 2175, kitab As-Salam]

Al-Asy’ari berkata dalam Maqalat Ahlus Sunnah wal Jama’ah, “Mereka
–yakni Ahlus Sunnah- berpendapat bahwa jin masuk dalam tubuh orang yang
kesurupan”. Dan, ia berargumen dengan ayat di atas.

Abdullah bin Imam Ahmad berkata, “Aku bertanya kepada ayahku,
‘Orang-orang menyangka jin tidak memasuki tubuh manusia.’ Beliau
menjawab, ‘Wahai anakku, mereka berdusta. Jin itu berbicara lewat lisan
manusia”.

Ada sejumlah hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
diriwayatkan Imam Ahmad dan Al-Baihaqi, bahwa seorang anak yang telah
gila didatangkan. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan
(kepada jin yang merasuki anak kecil itu), “Keluarlah ! Aku adalah
Rasulullah” [1]. Lalu anak itu terbebas darinya.

Anda melihat bahwa dalam masalah ini terdapat dalil dari Al-Qur’an dan
dua dalil dari As-Sunnah. Ini juga merupakan pendapat Ahlus Sunnah wal
Jama’ah dan pendapat Salaf, serta fenomena membuktikan hal itu. Meskipun
demikian, kita tidak mengingkari bahwa kegilaan itu ada sebab lainnya,
seperti saraf terputus, otak rusak dan selainnya.

[Al-Fatawa Al-Ijtima’iyah, Ibnu Utsaimin, jilid 4, hal.67-68]
Jin Menyatu dengan Air Mani dan Ikut Menggauli Isteri, Benarkah?
Pertanyaan:
Apakah ada kebebasan dari jin untuk ikut campur dalam urusan manusia, misalkan ketika sang suami akan menggauli isterinya tanpa menyebut nama Allah maka si jin menyatu dengan saluran air mani si suami kemudian ikut berjima’? Apakah tidak ada batas alam yang pasti antara keduanya (jin dan manusia), dan apakah ini sudah ketetapan-Nya?

Jawaban:

Jin sebagai makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah memiliki kekuasaan mengganggu manusia, melainkan bila dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana disebutkan di dalam firman-Nya,
وَمَا تَشَآءُوْنَ إِلاَّ أَنْ يَشَآءَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ
“Dan tidaklah kamu berkehendak melainkan bila dikehendaki oleh Allah, Rabb semesta alam.” (Qs. at-Takwir: 29)
Karena itu, kita diperintah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala agar selalu berlindung kepada manusia atau jin, misalnya ketika akan berkumpul dengan istri.
Ibnu abbas berkata, “Dari Nabi, beliau bersabda, ‘Bila salah seorang di antara kamu mendatangi istrinya lalu membaca,
بِسْمِ اللهِ اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَ جَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari godaan setan dan jauhkanlah setan dari anak yang Engkau anugerahkan kepada kami.  Maka bila keduanya dianugerahi anak, setan tidaklah membahayakan baginya.’” (Hr. Bukhari: 3031)
Imam Nawawi berkata, “Al-Qadhi berkata, ‘Maksud hadits ini ialah, bahwa setan tidak mampu menyusup ke dalamnya.’ Ada lagi yang berpendapat bahwa setan tidak mampu mengganggunya, bila anak itu lahir lain daripada yang lain. Akan tetapi, bukan berarti bila besar nanti, dia akan terlepas dari bisikan dan godaannya.’” (Lihat: Syarah Muslim, Imam Nawawi: 10/5)
Imam asy-Syarkhasi berkata, “Agar kita tidak terganggu oleh setan atau jin ketika berkumpul dengan istri, hendaklah seseorang memiliki adab, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Bukhari dalam bab ‘Adab Jima’’. Dianjurkan agar sebelum berkumpul (dengan istri), hendaknya membaca bismillah dan membaca ta’awwudz, sebagaimana contoh di atas, lalu berkumpul. Bila berkumpul, hendaknya tidak telanjang bulat, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, bersumber dari Utbah bin Ubaidah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ أَهْلَهُ فَلْيَسْتَتِرْ وَلاَ يَتَجَرَّدُ تَجَرُّدَ الْعَيْرَيْنِ
‘Bila salah seorang di antara kamu mendatangi istrinya, hendaknya dia bertabir dan tidak bertelanjang bulat.’

Aisyah berkata, ‘Bila beliau datang di kamar kecil atau mendatangi istrinya, beliau menutupi wajahnya, dan tidaklah satupun orang yang melihatnya, atau terdengar suaranya. Tidaklah beliau mencium dan mengumpuli istrinya dengan diketahui oleh orang lain, dan tidak pula  beliau menceritakannya kepada orang lain, sebagaimana yang diceritakan oleh al-Hasan.’

Selanjutnya, diriwayatkan oleh Abu Daud, “Hendaknya tidak menghadap kiblat, dan hendaknya tidak banyak bicara ketika berkumpul, sebagaimana yang diterangkan oleh Qabishah bin Dzuaib, dan mengikuti adab lainnya.” Silakan buka kitab al-Mubdi’: 7/200, oleh Imam as-Sarkhasi.
Adapun tentang menyatunya air mani suami dengan mani jin bila tidak membaca basmalah sebelum berjima’, maka kami belum menjumpai dalilnya. Namun, berdasarkan keterangan al-Qadhi di atas, jelas saja hal itu mungkin terjadi.
Demikian juga, komentar jin ketika kami meruqyah salah seorang yang kemasukan jin, ternyata jin tersebut berkata, “Aku ingin menikah dengan dia.”
Ibnu Taimiyyah berkata, “Dan kadangkala manusia menikah dengan jin dan melahirkan anak pula, ini banyak terjadi. Banyak Ulama yang menjelaskan dan berbicara tentang hal ini, namun para ulama tidak suka menikah dengan jin.” (Lihat: Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah: 3/39)
Adapun alam jin jelas berbeda dengan alam manusia. Manusia tidak bisa melihat jin dalam bentuk aslinya. Ibnu Taimiyyah berkata, “Jin memperlihatkan dirinya seperti anjing hitam, kucing hitam, sapi, kambing, kuda dan keledai, serta seperti burung. (Lihat: Fatawa: 19/52 dan kitab Idhahud Dalalah fi Umumir Risalah, Ibnu taimiyah)
Wallahu a’lam.

Sumber: Majalah Al-Furqon, edisi 8, tahun ke-4, 1426 H.
(Dengan beberapa pengubahan tata bahasa dan aksara oleh redaksi www.konsultasisyari ah.com)

Rabu, 26 Maret 2014

Senyum di senja hari

Dipublikasi pada Ahad, 21 September 2003 oleh aharis Annida No.12 Th.XI

April 1984
Menjelang Ujian Akhir SMP Gempa hebat melanda keluargaku, dan telah memporakporandakan bangunan hatiku. Allahu Robbi, kenapa Bapak tega melakukan semua ini? Tak tega melihat ibu yang diam mematung dengan air mata berlelehan. Sementara Pak Jono, Pak Dodi, teman sekantor Bapak menjelaskan dengan bahasa yang dibuat sehalus mungkin. Aku mengintip takut-takut dari lubang kunci, raut wajah Ibu yang tiba-tiba menegang, lalu air mata yang tumpah bak banjir bandang. Bapak dipecat, karena menyelewengkan dana kantor dan terbukti melakukan tindakan asusila dengan rekan wanitanya di kantor. Bahkan, wanita itu telah diberinya rumah di Kecamatan Pare, tiga puluh kilometer dari rumah kami. Bapak dipenjara atas tuduhan korupsi dan berselingkuh dengan istri orang. Aku tahu, bukan sekali ini saja Bapak mengkhianati Ibu. Sebagai anak tertua aku sudah bisa membaca hubungan kedua orang tuaku. Namun baru kali ini kulihat Ibu begitu terpukul. Tentu, dengan dipecatnya Bapak, berarti asap tak akan mengepul lagi di tungku keluarga kami. Sementara lima orang anak perempuan setiap hari membutuhkan jatah nasi yang tidak sedikit. Melihat Ibu bermuram durja, semangat belajarku hilang seketika.

Mei 1984
Ujian Akhir, 03.00 Pagi Suara lantunan ayat-ayat suci membangunkanku dari lelap. Ibu! Begitu biasanya beliau membangunkan kami untuk shalat lail. Segera kutepuk Tini untuk menyusul Ibu. Mata adikku masih memerah menahan kantuk. Tapi kusemangati dia, "Ayo, katanya ingin berdoa, Tini ingin minta apa?" Malam begini dingin menyambut kami di kamar mandi. Air terasa seperti butiran es. Kuusap mataku dan mata Tini sambil tersenyum, sekejap kemudian kesegaran mengaliri seluruh tubuh. Lenyap sudah kantuk yang memberati mata. Ibu menyambut kami dengan senyum, tapi.... matanya begitu sembab, pasti Ibu habis menangis. "Mana adik-adikmu yang lain, Nduk?" kami saling berpandangan, lalu menggeleng dan tersenyum malu. Habis, sulit sekali membangunkan Lastri dan Tinah, bisa ditendang aku nanti, maklum, mereka masih kecil. Usai tahajud, aku terus mengambil buku dan belajar. Ibu menemani sambil meneruskan tadarus Qur'an-nya. Ibu.... Bagaimana orang sealim Ibu bisa mendapatkan orang seperti Bapak. Ah, ngelantur aku ini, kalau tidak ada Bapak, berarti aku juga tidak ada.

Akhir Mei 1984
Akhirnya, selesai sudah ujian akhirku. Alhamdulillah leganya. Setidaknya aku mulai bisa memikirkan yang lain untuk membantu mengurangi beban Ibu. Yah, mau bagaimana lagi, Ibu memutuskan menjual sebagian tanah warisannya untuk menebus Bapak dari penjara. "Bagaimana pun dia bapakmu, Wuk, sejahat dan sebejat apa pun kelakuannya, darahnyalah yang mengalir di tubuhmu." Aku juga tak tahu musti harus bagaimana. Rasanya kaget tiba-tiba ikut terlibat dalam permasalahan rumit ini. Tapi Ibu butuh teman bicara. Dan aku, anak sulungnyalah yang bisa melakukan itu. Ya, mesti cuman sebatas mendengarkan. Menanti Bapak pulang seperti menunggu datangnya makhluk asing dari planet lain. Ada rindu, ada benci, ada juga rasa asing yang tak bisa kumengerti. Entahlah, dari dulu kami memang tak bisa dekat. Bapak menginginkan anak laki-laki, sementara kelima anaknya perempuan. Barangkali itulah yang membuat sulit sekali diajak bermanja. Suatu sore, saat matahari senja merah saga memenuhi langit, Bapak benar-benar pulang. Sosoknya yang tinggi besar memenuhi pintu rumah. Dan Ibu menyambutnya seperti biasa, dengan mencium tangan Bapak, dan menyuruh kami melakukan hal yang sama. Tanpa beban, seolah tak terjadi apa pun yang pernah mengguncang keluarga kami. Kucari dendam di mata Ibu, tapi ya Rabbi, mata itu begitu ikhlas dan tabah. Sementara hatiku sudah mulai tertorehi luka.

Agustus 1984
Perekonomian keluarga kami benar-benar terpuruk. Aku tak bisa melanjutkan kuliah. Jangankan untuk mendaftar SMA, untuk makan sehari-hari pun mulai kesulitan. Bapak berpamitan untuk mencari kerja di Bogor. Memang di kota kecil seperti Kediri, mencari pekerjaan baru bukanlah hal mudah, apalagi untuk orang yang namanya sudah cacat seperti Bapak. Ibu mengambil alih perekonomian dengan membuka warung pecel di depan rumah. Pagi buta sampai siang, Ibu mengurus warung pecelnya. Sore hingga malam membuat krecek, makanan ringan dari irisan singkong kering yang digoreng dan dibumbuhi gula merah serta cabai. Aku membantu Ibu sekuatnya. Aku punya kewajiban moral untuk membantunya, kalau bukan aku, siapa lagi? Bangun pukul empat pagi kini tak terasa dingin lagi. Sepagi itu aku dan Ibu mulai ke pasar. Tiba di rumah, kami berbagi tugas. Aku mencuci baju, Tini membersihkan rumah. Setelah beres, kami membantu Ibu menyiangi sayuran. Ketika adik-adikku berangkat sekolah aku mulai menyiapkan potongan-potongan singkong untuk digoreng. Bila malam tiba, sambil mengajari mereka, aku dan Ibu membungkus krecek ke dalam plastik agar esok pagi bisa kuedarkan ke warung-warung dan pasar Kandat. Ya Allah, Pengatur nasib umat, aku sangat bangga pada Ibu. Di tengah himpitan ini beliau masih terus berkhusnudzan kepada-Mu, terus mengajari kami bersabar, dan terus membimbing kami dengan cintanya. Ya Allah, berikanlah segala kebaikan-Mu untuk Ibu dan kami sekeluarga. Dan berilah kesadaran untuk Bapak, ya Allah, bahwa kami adalah putri-putri yang juga mengharap cintanya. Amin.

Agustus 1986
Bapak datang. Datang! Setelah sekian lama tanpa kabar dan kiriman apa pun. Datang dengan sederet tuntutan dan lecehan pada Ibu. Tuntutan atas kehadiran anak laki-laki yang tak mampu dilahirkan Ibu. Dan satu pelecehan lagi yang membuat darahku berpacu ke ubun-ubun, beliau mengaku sudah menikah di Bogor dan mempunyai seorang anak laki-laki. Tuntutan untuk menjual sisa tanah, dengan alasan anak laki-laki lebih berhak memperoleh daripada kami. Semua dikatakan Bapak saat kami kesulitan untuk sekedar mengisi perut. Entah keberanian apa yang membuatku lancang kepada Bapak. Kupukul dan kucakar lelaki yang kusebut bapak itu sehingga sebuah tamparan keras mendarat di pipiku. Ibu yang tersimpuh di atas tubuhku dengan isak pelan, dan umpatan kasar Bapak, "Perempuan sialan, perempuan pincang! Seperti ini kau didik anakmu? Huh, dari dulu aku memang malu punya istri seperti kamu, dasar pincang!" Kali ini giliran Ibu yang mendapat tamparan Bapak. Sakit.... Sakit hatiku mendengar Ibu diumpat seperti itu. Kaki Ibu memang tidak normal, terserang polio sedari kecil. Tapi bukan berarti ia tidak sempurna mendidik kami. Sungguh ia satu-satunya wanita yang membetot habis rasa cinta dan hormatku lebih dari apa pun. Satu lagi luka tertoreh. Kupandang Bapak dengan mata menyala. Biar..... biarlah Bu, Bapak mengambil tanah itu. Kita buktikan bahwa kita bisa hidup tanpa bantuannya bila itu yang Bapak mau. Aku berjanji, aku bertekad, akan kulakukan apa pun untuk Ibu dan adik-adikku.

Januari 1990
Rumah Makan Padang "Siang Malam", Gringsing, Kendal. Aku membawa truk bermuatan kelapa memasuki pelataran rumah makan. Sisa setengah perjalanan lagi menuju Jakarta. Ahmad dan Pak Gono membuka mata. Dengan sopan aku menyilahkan mereka untuk beristirahat. Sementara aku harus berburu waktu mencari musholla, shalat Isya'. Celana hitam, jaket gombrang coklat, dan jilbab kaos hitam telah menyulapku menjadi sosok yang cukup dikenal di rumah makan ini. Pemiliknya Pak Haji Yassin juga kenal denganku. Karena itu aku memilih tempat ini sebagai tempat istrirahat bila nyopir ke arah barat. Selain lingkungannya apik, baik, juga ada musholla yang nyaman tempat aku istirahat sejenak. Sesekali bahkan Bu Haji menyuruhku istirahat di ruang belakang mereka. Sementara aku istirahat, Ahmad biasa mencuci kaca depan truk, mengisi air radiator, mengecek mesin, dan ban, serta tak lupa menyiapkan sebotol kecil kopi hangat di samping jok untuk persiapan nanti. Truk ini milik Pak Jono, teman Bapak. Aku yang dipercaya mengelolanya dengan sistem sewa. Dulu, hampir tiap hari aku keluar masuk desa untuk menawarkan jasa transportasi ini. Kini tinggal memetik hasilnya. Para petani dan pedaganglah yang datang apabila membutuhkan truk sekaligus sopirnya. Aku tak pernah bercita-cita menjadi seorang sopir. Tidak, tidak karena itu dunia laki-laki yang keras dan penuh bahaya. Tapi aku tak punya pilihan lain. Hanya pekerjaan ini yang bisa menghasilkan uang paling banyak. Sekali nyopir aku bisa mengantongi uang lima puluh ribu sampai seratus ribu. Bahkan bila musim panen, aku bisa memegang hingga satu juta rupiah sebulan. Alhamdulillah. Karena selain menyopir, aku juga memasok beberapa komoditi pasar seperti kelapa, pisang, semangka ke beberapa kota sekeliling Kediri. Tentu, dengan bagi hasil dengan Pak Jono. Ibu terus berjualan pecel dan membuat krecek. Kini hanya dibantu Sundari karena Sutini dan Sulastri sudah kuliah di Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Sedang Partinah memilih ke Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Bahagia rasanya melihat mereka terus sekolah, lebih bahagia karena mereka tak pernah mengecewakan lelehan keringatku. Mereka belajar keras, bahkan sangat keras untuk membahagiakan Ibu dan kakaknya yang sopir truk ini. Sekali waktu, Tini pernah marah padaku, ia minta diijinkan bekerja untuk ikut membantu ekonomi keluarga. Tapi adikku itu mengkeret begitu melihatku memandang tajam ke arahnya. Adikku.... Maafkan Mbak Tiwuk. Biar Mbak Tiwuk saja yang berkorban, satu saja! Kalian semua jadilah manusia yang berhasil. Dengan lulus UMPTN, dengan kuliah yang benar, dengan cepat lulus, itu sudah cukup membantu Mbak Tiwuk. Sudah membuat Mbak bahagia. Jangan pikirkan yang lain. Doa Mbak untuk kalian semua.

Juli 1993
Rumah Makan "Ayem Tentrem", Pelabuhan Ketapang Sudah larut malam ketika aku beristirahat, menunggu kapal yang akan berangkat ke Pulau Bali. Ini rute pertamaku. Agak gamang juga. Tapi Ahmad, kenekku meyakinkan bahwa ia pernah ke Denpasar sebelumnya, jadi aku tak perlu khawatir tersesat. Deretan truk terparkir dalam keremangan pelabuhan. Aku turun, mencari musholla dan tempat nyaman untuk menyantap rantang makanan bekal dari Ibu. Menjelang pukul dua, kudengar keributan di sekitar trukku. Ahmad berteriak-teriak, aku tertegun. Segerombolan preman tengah merubungnya. Tukang palak rupanya. Sementara Pak Sabar, pemilik kayu gelondongan yang kuangkut tergigil pucat pasi di sisi truk. Pemalakan tidak tanggung-tanggung karena kami orang baru, diharuskan membayar biaya keamanan sebesar seratus ribu. Sejenak mereka melongo begitu tahu sopirnya wanita. Tapi tak pernah kugunakan sebutan itu untuk bersikap lemah, terlebih ini menyangkut hak untuk mencari penghidupan halal, hak asasi setiap umat untuk meneruskan hidupnya. Setelah gertakan untuk melapor polisi tak ditanggapi, terpaksa kuladeni tantangannya. Ahmad satu tingkat di bawahku di perguruan Perisai Diri. Jadi aku bisa mengandalkannya. Seratus ribu bukan jumlah yang sedikit. Apalagi Sulastri membutuhkan biaya untuk praktikumnya. Perkelahian berjalan tak seimbang, dua lawan tujuh. Kami bertarung sengit, tiga orang berhasil kami buat jatuh, seorang yang bertindak sebagai pemimpinnya berbuat nekad, saat tendangan kaki kiriku kuarahkan ke si brewok, ia menohok dari samping. Cras... kaki berbalut sepatu kets-ku berlumuran darah. Perih, darah keluar dengan deras. Aku masih bisa menangkis dua, tiga serangan, setelah itu gelap. Saat sadar aku telah berada dalam salah satu bangsal di RSU Banyuwangi. Menurut dokter, setelah sembuh nanti kemungkinan aku akan mengalami sedikit pincang. Sejumlah memar juga menghiasi leher dan punggung. Rupanya saat aku sudah jatuh mereka masih menendangiku. Untunglah Pak Sabar datang tepat pada waktunya dengan dua orang polisi pelabuhan. Aku bersyukur karena Ahmad dan Pak Sabar tak terluka. Ah, peristiwa pahit. Tapi tak akan melemahkan semangatku untuk terus mencari nafkah, karena lima bulan lagi Sundari lulus SMA.

Februari 1995
Kutuntun Ibu ke dalam ruangan penuh spanduk dan karangan bunga. Subhanallah, matahari pagi pucuk-pucuk pinisium ikut tersenyum memandang kami. Hari ini Sutini disumpah menjadi seorang dokter. Map hitam berlogo almamater diserahkan kepada Ibu dan aku sambil menahan tangis. "Ini....Untuk Ibu dan Mbak Tiwuk." Kupeluk adikku, kuusap keningnya. "Seandainya setiap kakak di dunia ini seperti Mbak Tiwuk.....," ujarnya dengan mata basah. "Seandainya semua adik di dunia seperti kalian, tidak akan ragu seorang kakak melakukan apa pun," kami berpelukan, kurengkuh bahu adikku, Tini yang bulan depan akan mengakhiri masa lajangnya, disunting oleh teman seangkatan, pemuda soleh yang bulan kemarin bersama keluarganya mengkhitbah Tini di rumah kecil kami. Jemputlah masa depanmu Adikku.... Mbak Tiwuk ikhlas kau langkahi.
 Mei 1997 Rumah Makan "Baranangsiang", Bogor Menyebut kota ini menimbulkan luka lagi yang menganga, Bapak..... pelan kueja namanya. Nama laki-laki yang seharusnya menanggung beban di atas pundakku. Pernikahan Tini kemarin beliau hadir, juga saat Tinah diakadkan. Semanis apa pun wajah kupasangkan, tak bisa membangun jembatan kemesraan anak beranak di antara kami. Hati ini terlanjur sakit. Pada saat kupandang wajah Ibu, masih dengan tulus yang sama menyambut kepulangan Bapak. Alangkah luas telaga maafmu, Ibu. Sementara hanya setitik hormat yang masih kupunya. Menurut berita yang kudengar, usaha Bapak di Bogor maju pesat, dengan seorang istri dan dua anak laki-laki yang diidamkannya. Syukurlah jika Bapak bahagia. Semoga waktu akan mengurai kebekuan hati ini hingga terbentuk maaf yang tulus untuknya. Karena aku tak mau selamanya jadi anak durhaka. Bukankah Allah telah begitu adil dengan apa yang telah kami terima selama ini? Sungguh aku bersyukur.......

Mei 2000
Rumah berdinding setengah bata setengah bambu kami terasa bertambah tua, atap dapur bahkan nyaris dorong. Seperti juga kerut pada Ibu, juga wajahnya yang makin mengental. Jika ada kesempatan untuk bernafas, inilah saatnya. Keempat adikku sudah mentas semua. Tinggal Sundari, itu pun sudah hampir mandiri, karena selain menyelesaikan S2, ia juga mengajar di sebuah yayasan. Kini perhatianku beralih ke Ibu. Ibu yang membesarkan kami dengan kedua tangannya, dengan kakinya yang terseok, yang selalu membentengi kami melalui doa yang rutin dipanjatkan di setiap malam, melalui puasa Senin-Kamis, dengan keprihatinannya, juga dengan sabar dan cintanya. "Wuk, bisa nggak ya niat Ibu kesampaian. Ibu ingin sekali melihat Baitullah." Satu kata itulah yang menjadi perhatianku kini. Maka, ketika Tini, Tinah, dan Lastri menawarkan diri untuk merenovasi rumah, kalimat itu kuulang pada ketiga adikku. Dengan sisa tabungan dan sumbangan mereka, aku berharap bisa memenuhi permintaan Ibu.

Juli 2000
 "Dunia begitu indah karena kami memiliki kakak seperti engkau. Terima kasih, Mbak...." Kueja kalimat itu berulang. Sebuah cincin permata berlian menyertai kertas itu. Ah, aku lupa, hari ini aku berulang tahun. Aku memang selalu lupa dan tak pernah memikirkannya. Setitik air membasahi pipi, sudah berapa lama aku tidak menangis? Kucium kertas itu. Adik-adikku, dunia pun sangat indah karena aku memiliki kalian, juga Ibu. Terima kasih ya Allah.

Februari 2001
Garuda Indonesia, Boeing 737, Jamaah Haji Kloter 12. Pada Allah semua tujuan hidup bermuara. Tak pernah kubenci dan kusesali hidupku. Karena aku telah memandang semuanya dengan syukur dan karenanya sepahit apa pun kenyataan akan tetap terasa indah. Inna ma'al 'usri yusro, sesungguhnya dibalik kesulitan itu ada kemudahan. Allah akan memberi kemudahan itu pada setiap hambanya yang sabar. Sering aku tak percaya bisa melakukan semua ini, karena tugas itu nyaris usai. Allah Yang Maha Pemurah, telah memberiku kesempatan hidup lebih panjang dari yang divonis dokter. Gadis dengan cacat jantung bawaan seperti aku...... rasanya tak percaya. Allah, jika Engkau ijinkan, berilah hamba waktu lagi minimal untuk bisa berjumpa dengan Bapak, agar kebekuan ini mencair. Untuk sebuah kata maaf yang belum pernah bisa kukeluarkan, karena aku, Tiwuk Hartati, pernah mempunyai doa yang sangat jelek untuknya. Biarlah maaf itu tumbuh seperti sejuta telaga kasih milik Ibu. Awan putih menyembul di balik kaca, bararak meniupkan simponi syahdu. Seolah aku sedang duduk di antaranya, membaca tanpa gerak bibir, bahasa yang santun dan dewasa, mengantarku dalam kedalaman rasa tiada tara. Ibu memejamkan mata di seat sebelah, tenang dan damai. Oh Ibu, akhirnya penantianmu usai sudah. Lihatlah Bu, lihat awan itu. Ia akan mengantar kita ke suatu tempat yang paling Ibu dambakan. Kuusap lembut jemari kisut dan kasar itu. Ibu.... Lelah guratan hidupmu, membayang pada raut wajah itu, tapi tak bisa mengurangi keagungan cinta milikmu. Kukecup lembut dan kubawa tangan itu ke atas dada. Di bandara tadi, harta-hartamu mengantar kepergian kita dengan haru: Dokter Sutini, Dokter Sulastri, Insinyur Partinah, dan calon guru kita Sundari, juga suami-suami mereka dan keponakanku yang lucu-lucu: Hanif, Asfa, dan Abdus. Tawamu jernih dan tulus ketika mencium mereka satu per satu, mutiara hidupmu. Wajah damaimu Ibu, adalah bentuk kepasrahan seorang hamba dalam menjalani garis hidup Sang Pencipta, tanpa keluh dan putus asa. Kepasrahan dalam ketegaran yang senantiasa yakin akan pertolongan Khaliknya. Kurasakan burung besi ini semakin meninggi, memecah udara, diiringi senyum hangat pramugari-pramugari anggun berbaju muslimah yang menawarkan makanan. Kuambilkan satu untukmu, Ibu.... Garuda pun membelah angkasa menuju Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Semakin jauh meninggalkan Jakarta, meninggalkan Kediri. Dan satu harapan lagi, dengan izin-Mu akan terwujudkan. Allah Maha Besar. Kiriman dari seorang kawan (Deddy Diana Mahdi).
 “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar, dan kamu mengeluarkan dari lautan itu sesuatu yang dapat kamu pakai; dan kamu melihat kapal-kapal berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur”. AN NAHL (16:14)